Social Icons

BUDIDAYA PAPRIKA SECARA HIDROPONIK



Hal-hal penting sebelum mengambil keputusan untuk memulai usaha budidaya paprika secara hidroponik diantaranya persiapan nursery, persemaian, pemilihan varietas, penanaman (transplanting) pengendalian hama penyakit, pemupukan, panen dan dan pasca panen, pemasaran dan sebagainya.

Ada beberapa pertanyaan yang harus Anda tanya pada diri Anda sendiri SEBELUM ANDA MULAI, diantaranya: Mengapa Anda ingin mulai dalam bisnis ini? Dalam situasi ini ada asumsi bahwa kita mulai karena ini mendapatkan keuntungan.

Apakah lokasinya cocok untuk tanaman paprika? Dataran tinggi kurang lebih 1.000 m dpl, suhu siang hari 27 derajat Celcius, suhu malam hari 18 derajat Celcius, persediaan air cukup, tidak jauh dari pasar dan sebagainya.Siapa yang akan mengurus kebun dari hari ke hari? Seseorang yang mempunyai skil dalam hal teknis, sosial dan manajemen akan melakukan rutinitas pekerjaan ini dan tidak takut tangan dan pakaiannya menjadi kotor. *
* Seberapa besar Anda akan mulai? Tentunya tergantung berapa banyak uang yang Anda punya, kualitas dan pengalaman dari manager dan staff Anda, tingkat teknologi yang akan digunakan dan sebagainya.
* Kapan Anda akan mulai? Setelah melakukan penelitian kelayakan teknis dan ekonomis secara serius. Jangan terlalu sepat percaya pada informasi yang baru Anda dengar atau kepada spesialis yang baru Anda kenal.
* Berapa besar Anda harus berinvestasi? Tergantung beberapa hal seperti teknologi, kualitas sarana produksi yang Anda gunakan, lokasi manajemen, konsultan, supplier, dan lain-lain.
* Investasi dan biaya operasional untuk tahun pertama sekitar Rp.125.000,- s/d 325.000,- per meter persegi bahkan bisa lebih besar.
* Perkiraan keuntungan adalah Rp. 10.000,- s/d Rp. 30.000 per meter persegi, tetapi lebih kecil juga mungkin.

PERSEMAIAN

Hampir sama dengan komoditi lainnya, komoditi yang lainnya, komoditi paprika dengan sistem hidroponikpun dilakukan pembibitan terlebih dahulu. Priode pembibitan awal dari sistem dari bercocok tanam yang sangat penting karena akan menentukan berhasil tidaknya tanaman pada masa produksi.

A. PERSIAPAN

Sarana, alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah Nursery, Tray semai/wadah, Benih (contoh benih paprika yang ada seperti spertacus F1, Goldflame F1, kelvin F1), Media semai (Rockwool-Grodan/Sekam bakar,dll), Thermometer dan Hygrometer, Pinset, Ruang semai/lemari semai dan Alat semprot (hand sprayer).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam persemaian/pembibitan antara lain Kualitas benih, Jenis media yang digunakan, Suhu dan Kelembaban, intensitas cahaya dan Teknis pembibitan.

C. TEKNIS PEMBIBITAN

Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama ± 30 menit, sambil menunggu kita bisa menyiapkan media semai yang akan digunakan.

Basahi media dengan air bersih dan pastikan media basahsampai merata dan biarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.

Buat lubang kecil pada rockwool-Grodan (apabila menggunakan Rockwool) atau garitan kecil yang saling berpotongan pada Sekam (apabila menggunakan sekam bakar) sehingga membentuk bujur sangkar dengan jarak ± 2 Cm.

Letakkan benih satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh menghadap kebawah ± 0,5 Cm dengan menggunakan Pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa.

 Benih-benih tersebut ditaruh dlemari semai (germenation chamber), selama dilemari semai suhu optimal 20-25 ºC dengan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan cara memasang lampu jika suhu rendah dan Jika kelembaban rendah semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand sprayer.

Benih akan berkecambah dalam waktu ± 7 hari, Plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.

 Bibit dengan koteledon tumbuh sempurna, dipindahkan kepolybag 15 x 15 Cm yang telah dibasihi dengan larutan nutrisi (JORO A&B Mix) dengan EC. 1,5 mS/Cm dan pH. 5.5.

Pemeliharaan dipersemaian/pembibitan meliputi Penyiraman,1-2 kali sehari (tergantung Cuaca, Fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), Pengendalian hama dan penyakit selama di nursery misalnya Trips, Mite, Leaf miner, Rebah kecanbah dll) dan yang tak kalah pentingnya adalh pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi.

 Bibit siap tanam ke greenhouse produksi setelah berumur ± 21 hari di polybag atau sudah berdaun ± 5 hilai.

PERSIAPAN TANAM DAN TRANSPLANTING

Setelah bibit siap untuk dipindahkan ke greenhouse ada beberapa hal yang harus dilakukan/dipersiapkan sebelun transplanting:

A. SANITASI GREENHOUSE

Kegiatan ini merupan kegiatan ini merupan kegitan untuk membersihkan greenhouse dari rumput atau sisa tanaman lainnya, sampah dan benda-benda lainnya yang tidak diinginkan.


B. STERILISASI GREENHOUSE

Sterilisasi dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan seluruh greenhouse dari mikroorgnisme (telur/larva, virus, bakteri dan fungi) yang dapat merugikan tanaman. Ada beberapa bahan yang sering digunakan dalam sterilisasi antara lain lysol, formalin dan beberapa jenis pestisida, yang dalam penggunaannya biasa dilakukan dengan cara:

Formalin 5% disemprotkan ke seluruh bagian greenhouse dengan konsentrasi 5 cc/liter air

 Dalam waktu ±4-5 hari setelah penyemprotan formalin disusul dengan penyemprotan pestisida (insektisida dan fungisida) dan diulang sampai 2-3 kali.

Sehari sebelum media tanam ditata, greenhouse disemprot dengan larutan lysol dengan konsentrasi 3-5 cc/ liter air.

 Instalasi bak desinfektan kaki supaya penyakit tidak bisa dibawa ke dalam greenhouse.

C. PERSIAPAN TANAM

Sebelum media ditempatkan, terlebih dahulu media dimasukkan kedalam polybag atau plastik slab atau pot.

 Bila menggunakan plastik slab, ukuran yang biasa digunakan adalah 100 x 25 cm dan jika menggunakan polybag, ukurannya 35 x 40 cm

Media yang biasa digunakan adalah sekam bakar, rockwool-grodan atau cocopeat.

 Plastik mulsa dipasang pada permukaan bedengan atau dibawa slab/polybag supaya kar tanaman tidak kontaminasi/masuk kedalam tanah.

 Kemudian media tersebut ditata didalam greenhouse sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan (diLembang standar antar bedengan ± 140 cm dan antar tanaman ± 50 cm).

 Buat lubang tanam dengan diameter ± 15 cm pada permukaan slab (jika menggunakan sistem slab) apabila menggunakan polybag buatlah lubang tanam sesuai dengan besarnya polybag yang digunakan untuk pemeliharaan dinursery.

 Media dibasahi dengan larutan nutrisi/pupuk dengan EC 1,5 dan pH 5,5 sampai benar-benar basah/jenuh.

 Pada lubang tanam yaang telah dipersiapkan taburkan Furadan 3G sebanyak ± 2 gram/lubang tanam untuk preventive terhadap serangan Nematoda.

Tahap selanjutnya bibit siap untuk ditransplanting ke greenhouse. Sebelum bibit ditempatkan bagian bawah polybag digunting dengan hati-hati supaya akar bibti tidak putus/rusak, kemudian bibit ditempatkan pada lubang tanam yang telah dipersiapkan.

 Untuk menghindari terjadi kelebihan air siraman dan tumpukan garam-garam dimedia, satu hari setelah transplanting lubang draenase dibuat pada bagian bawah slab/polybag.

PENYIRAMAN DAN PEMUPUKAN (FERTIGASI)

Pemupukan dan Penyiraman (fertigasi) pada budidaya sistem hidroponik umumnya dilakukan secara bersamaan. Teknis fertigasi bisa dilakukan dengan manual atau sistem irigasi tetes (Drip irrigation system), tapi yang terbaik untuk fertigasi adalah dengan sistem irigasi tetes yang berkualitas baik dengan demikian fertigasi bisa merata, tenaga kerja tidak terlalu banyak, menghemat waktu (dalam waktu singkat bisa menyiram tanaman dalam jumlah yang banyak).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Kualitas air (sumber air/sumur/mata air), harus bersih dan bebas dari penyakit/kimia

Kualitas pupuk/nutrisi (komposisi hara harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, pupuk yang dipakai mempunyai kemampuan larut 100 %)

 Waktu, volume dan frekuensi fertigasi

 Jenis tanaman yang ditanam

Jenis media yang digunakan Khusus mengenai nutrisi untuk sistem hidroponik telah tersedia nutrisi siap pakai di toko petanian seperti A&B MIX yang tersedia untuk berbagai komoditi (selain untuk Paprika juga ada A&B MIX untuk tanaman Tomat, Melon, Timun, Mawar Anggrek dll) yang dalam apalikasinya sangat mudah, mengandung unsur hara komplit baik makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman.

TEKNIS FERTIGASI

Frekuensi dan volume siram harus disesuaikan dengan kondisi cuaca, jenis dan umur tanaman, fase pertumbuhan tanaman dan jenis media yang digunakan. Cuaca mendung atau hujan (evaporasi kurang) volume dan frekuensi penyiraman dikurangi karena efek terhadap media menjadi terlalu basah sehingga akar tidak bisa tumbuh dengan baik. kondisi yang diinginkan tanaman adalah berimbang antara air, udara, pupuk dan media tanam. Sebaliknya kalau cuaca panas (evaporasi naik) fertigasi harus lebih sering dan volumenya lebih banyak.

 Nilai EC (jumlah pupuk yang larut dalam air) dan nilai pH (tingkat keasaman) suatu larutan sangatlah penting sebab akan menunjukkan berapa banyak unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Sebab tidak ada satu situasi yang sama (beda daerah, iklim, beda media, beda varietas dll) jumlah dan frekuensi tidak bisa distandarkan /disamakan. Untuk setiap situasi dan kondisi yang berbeda harus kita cari cara yang optimal untuk tanaman.

 Tingkat kepekatan (EC) yang diberikan untuk tanaman harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. pH didalam media yang bagus kurang lebih 5,2 sebab dengan tingkat pH tersebut semua unsur hara tersedia didalam air/media bisa diserap oleh tanaman.

Satu hal yang tak kalah penting adalah pencatatan mengenai waktu siram, volume siram, EC/pH in, EC/pH out, suhu, RH dan kondisi cuaca. Hal ini penting sebab dari data tersebut bisa membantu dalam mengambil suatu keputusan untuk merubah atau tidak sistem yang sudah berlangsung sebelumnya.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Monitoring terhadap serangan hama dan penyakit menjadi penting sebab akan diketahui :

Serangan apa yang terjadi

Berapa berat serangan

Tindakan apa yang akan dilakukan

Kapan akan dilakukan pengendalian

Pengalaman dari beberapa petani terakhir ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang seperti: Thrips, Mites, Aphids, leaf miners, ulat, virus, layu fusarium, layu bakteri, powdery meldew, bercak daun, penyakit fisiologis (defesiensi unsur hara) dan sebagainya.

Pencegahan dan Pengendalian dapat dilakukan dengan cara:

Menjaga kebersihan, membuang sisa tanaman/gulma jauh dari lokasi greenhouse/masuk bak sampah dan dibakar.

Sterilisasi greenhouse (gunakan lysol,formalin dan pestisida) ini harus dilakukan setiap awal musim tanam/sebelum tanam dimmulai.

Memasang bak disenfeksi kaki untuk mencegah masuknya telur/larva hama dan patogen penyakit yang terbawa oleh alas kaki.

Menggunakan varietas yang resisten

Tanaman yang terserang penyakit (virus, bakteri) di masukkan kekantong/karung plastik lalu buang jauh dari lokasi greenhouse/dibakar.

Biologis, dengan memanfaatkan musuh alami (predator), tapi cara ini diIndonesia masih jarang dilakukan.

Gunakan susu skim (kandungan protein minimal 35 %) dengan konsentrasi 100 gram/1 liter airuntuk menghindari terjadinya penularan virus pada saat miwil (prunning)

Kimiawi (pestisida), ini akan menjadi bagus jika penggunaannya tepat dalam pemilihan jenis, konsentrasi dan volume semprot. Disamping itu bisa mempunyai epek kurang baik kalau dalam penggunaannya salah. Untuk menghindari terjadinya kesalahan, memerlukan pengetahuan teknis dan alat (nozle) kualitas tinggi.

Lakukan pengendalian bersama-sama dengan kebun disekitar (kebun tetangga) supaya pengendalian hama dan penyakit mungkin akan lebih efektif

Satu hal perlu diperhatikan pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani, konsumen, dan lingkungan. Untuk menghindari hal tersebut harus menggunakan pengaman seperti jas/pakain semprot, sarung tangan, masker, kacamata dan pengaman lainnya.

Perpetual Harvest Greenhouse System (PHGS)



The Perpetual Harvest Greenhouse System provides an indoor ecosystem capable of growing equal yields of organic produce 52 weeks per year.  This system creates 365 ideal growing days per year by optimizing light, carbon dioxide enrichment, and soluble nutrients in conjunction with continuous planting and harvesting. Because the geo-hydroponics (organic) based Perpetual Harvest system can economically simulate warm season growing conditions, crops that would otherwise be shipped from warmer climates can be grown profitably in colder climates during winter months.

Such off-season production significantly increases return on investment of the Perpetual Harvest system in comparison to conventional greenhouse systems because heating and cooling costs could be up to 75% less than for the standard three-season greenhouse operation. This system also allows a greenhouse operator to create growing conditions unique to specific crops such that almost any crop can be harvested at any time of year, even in colder climates.

The Perpetual Harvest Greenhouse system accomplishes profitable year round production by optimizing two primary features of greenhouse operation – Growing techniques and Energy management.  This system integrates the latest innovations in greenhouse design and operation with emerging understanding of growing techniques to create production levels not possible in an outdoor system, or in a three-season greenhouse.  Because this system can operate for four seasons, its yearly energy usage exceeds that of the three-season greenhouse, however its overall profitability is 6-8 times that of the conventional three-season greenhouse or outdoor plantings because the system can provide organic produce when other systems can not.  The uniqueness of the Perpetual Harvest system lies not in any one feature, but instead in the integration of many innovative aspects of greenhouse design and operation.


All the features utilized in the Perpetual Harvest system have been successfully applied in existing growing systems; however, research indicates that no single publicized greenhouse system currently in operation utilizes the combination of features integrated into the Perpetual Harvest system.  Furthermore, the Perpetual Harvest system can be easily integrated with renewable energy systems such as a bio-diesel plant, ethanol still, methane bio-digester, and/or co-generation unit, thus improving energy efficiency, driving down operating costs, and producing marketable fuel by-products.


Optimizing Growing Conditions

The Perpetual Harvest system utilizes unique growing techniques to maximize plant growth. Enhanced growing techniques include: providing artificial light, carbon dioxide (CO2) enrichment, and maximizing soluble nutrients absorbed through roots and leaves. The system enhances growth by proportionally increasing the five most important growing conditions at certain times of the day, thus producing a ‘supercharged’ growing environment causing plants to reach erectly for the light while rapidly absorbing nutrients. The result is a significant and rapid growth surge. Plants can process approximately twice as many nutrients if light, CO2, and soluble nutrients are increased in balance at the same time. Standard greenhouse growing temperature is ~85°F, while experience indicates temperature can be successfully increased to 95°F with increased light, CO2, and soluble nutrient levels, along with additional water. Growing at increased temperature has the added advantage of allowing the greenhouse to remain sealed longer from the outdoor atmosphere each day, leaving the higher CO2 concentration available for a longer period. With normal light, CO2, and soluble nutrient levels, plants become stressed at temperatures above 85°F – not so, with the Perpetual Harvest system. Operating at higher greenhouse temperatures effectively utilizes periods where it is difficult to maintain greenhouse temperatures less than 85°F.

Light:

In the Perpetual Harvest system, plants receive the same amount of light from the fall equinox until spring equinox by adjusting day length with artificial sunlight. Experience indicates that ~11 ½ hours is optimal daylight length for most common food plants in temperate zones . Additionally, applying supplemental light for three hours each morning, every day of the year, at the same time that the CO2 concentration is enriched, has been seen to maximize plant growth.  Increased light supports CO2 absorption by stimulating plants to open their stomata. Supplementing the red, blue, and yellow light frequencies during this enhanced growth period optimizes utilization of the added light.  Red and blue frequencies (from halide lamps) enhance vegetative growth while yellow frequencies (from high-pressure sodium bulbs) enhance fruit set and development.

Carbon Dioxide Enrichment:

Normal atmospheric CO2 concentration is ~370 ppm, however, experience indicates that some plants prefer up to 2000 ppm CO2 (approximately five times normal). In the Perpetual Harvest system this increased level is maintained for only 3 hours in the mid morning. During this 3 hour period, the plants store CO2 that will be used to boost plant growth later in the day after CO2 level has returned to normal.  CO2 is primarily produced by a flame (propane or natural gas) CO2 generator. The flame can serve as a ‘peaking CO2 generator’ and baseline CO2 levels could be provided by decomposing compost or other continuous low producing sources. A digital CO2 monitor determines when CO2 generators will cycle, and also serves as an alarm for humans to take precaution when in the greenhouse during the high CO2 period .

Soluble Nutrients:

The Perpetual Harvest system utilizes the ebb and flow style of geo-hydroponics, passing organic nutrients through a soil-less growing medium placed in plastic lined beds. Pearlite, pumice, vermiculite, and decomposing organic matter (potting soil) comprise the soil-less growing medium. Using a soil-less growing medium greatly reduces the likelihood of soil borne diseases and pests that can proliferate in the enclosed greenhouse space. Soluble nutrients are provided by addition of organic compost tea created using the traditional Indore compost method developed by Sir Albert Howard . This method, based on years of compost experimentation, produces compost from decomposing cellulose products such as peat moss, straw, and last season’s crop residue mixed with already composted animal manure along with a small amount of real soil and recently finished compost as an inoculant.
In the Perpetual Harvest system, Indore compost is made using only organic ingredients mixed in a 25:1 ratio of carbon to nitrogen. Earthworms are added to the pile after the initial heating period (~8 days) to convert the existing nutrients into worm castings, a nutrient form more easily accessible to plants. After 14 days, compost is old enough to use as a nutrient base for making compost tea and/or growing medium. Foliar feeding of this compost tea, applied to the underside of leaves, is also performed in conjunction with the three-hour mid-morning light/CO2 enrichment period. After worm digestion, the compost can be mixed with last season’s used growing medium at a mixture rate determined by muscle testing . During this enhanced mode of operation, daily muscle testing (kinesiology) is utilized to provide the data needed to fine-tune light, nutrient, and temperature levels.

Energy Management System

Energy costs are the most expensive aspect of greenhouse operation. The Perpetual Harvest system capitalizes on recent innovations in greenhouse design to significantly reduce energy inputs. This reduction is primarily achieved through two aspects – Insulation design and Energy storage and transfer. Other aspects, such as greenhouse layout and temperature control also enhance efficiency, but to a lesser extent.

Insulation Design:

The south facing wall of the Perpetual Harvest greenhouse is composed of double layers of polyethylene, between which are injected biodegradable soap bubbles. The soap bubbles are fed into a distribution plenum at the top of the greenhouse where they emerge at intervals along the length of the greenhouse, and flow down to fill the space between the polyethylene sheets.

Kerjasama Investasi Budidaya Paprika



Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah, budidaya sayuran kami telah memasuki tahun ke lima, terutama  usaha budidaya Cabe merah TM dan Terong Lezata F1, serta beberapa produk sayuran lainnya dengan hasil yang sangat menggembirakan. Beragam tantangan dan hambatan telah kami lalui dan memberikan kami pengalaman yang sangat berharga sehingga kami dapat berkembang hingga sekarang ini.

Dan salah satu produk pertanian yang sangat besar peluang pasarnya saat ini adalah budidaya paprika, yang diselingi dengan beet, mentimun jepang, zucchini, timun kyuri, oregano, basil dan chives. Produk pertanian tersebut saat ini memiliki pemasaran yang sangat baik, seiring dengan semakin menjamurnya supermarket, swalayan dan restoran yang membutuhkan pasokan jenis sayuran tersebut. Dengan harga pasar yang diatas rata-rata sayuran umumnya, prospek keuntungan yang akan diraih tentunya lebih menjanjikan

Dengan segala kerendahan hati, kami mengajak anda untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman dalam hubungan kerjasama. Kami mengharapkan akan terjalin silaturahmi yang erat antar pelaku agribisnis dan memberikan keuntungan berupa materi untuk kedua belah pihak.

Kerjasama yang kami tawarkan yaitu sebagai berikut:

1.      Paket 1   (Budidaya Paprika hidroponik dalam greenhouse 1.600 pohon)
2.      Paket 2   (Budidaya Paprika hidroponik dalam greenhouse 2.500 pohon)



Nilai profit yang diberikan tergantung dari paket yang dipilih investor, yang rinciannya dapat diperoleh melalui proposal dan lampiran biaya yang akan kami kirimkan via email atau media lain yang disepakati.

Investor akan melakukan investasi jangka panjang dan mengamanahkan dana untuk penyewaan lahan jangka menengah (5 tahun), pembuatan greenhouse dan sistim fertigasi, pembelian bibit, operasional dan pemeliharaannya. Disini Ikhlas Farm Team  bertindak sebagai operator, perawatan, sekaligus pengaturan manajemennya. Sistem yang kami berlakukan adalah sistem bagi hasil keuntungan sesuai kesepakatan dengan pihak investor.

Dana yang diperlukan adalah 50 – 100 juta rupiah (sesuai perkembangan harga bahan)

Dimana dana tersebut akan dipergunakan untuk:
a.      Sewa tanah, pembangunan greenhouse dan sistim fertigasi
b.      Pembelian bibit  siap tumbuh
c.       Biaya operasioanal dan upah pekerja                           



Bisnis ini dijalankan oleh SDM yang sudah berpengalaman di bidangnya. Kami bahkan berani menjamin semua kerugian yang terjadi, dan jaminan itu akan kami tuangkan dalam surat perjanjian kerjasama antara kami dan investor. 

Demikian rincian singkat penawaran hubungan kerjasama investasi dari kami, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian anda membaca penawaran ini. Kami tunggu anda di tempat kami untuk melakukan pembicaraan awal sebagai follow up anda menanggapi penawaran ini secara serius.

Keterangan dan penjelasan lebih lengkap juga dapat kami berikan berupa proposal kerjasama dan lampiran analisa biaya melalui email. Jadi bagi rekan yang memiliki ketertarikan dalam agribisnis dapat menghubungi kami via email 
may.arch71@gmail.com

Wassalam

Ikhlas Farm Team

Drip Irrigation


First of all if you are considering installing a drip irrigation system you should take some time to sit down and map out the area you want the drip irrigation to cover. For example, if you want to install a system in your garden, make a rough drawing of the plants you have and where they are situated, remembering to include trees and shrubs, which, for some reason people tend to ignore when planning their systems. A basic rule of thumb is that if it is growing and you want it to keep on doing so, include it in your garden plan.

You need to have your system geared up to the requirements of your plants. For example some need watering more often than others, annuals and ground cover for example; ideally these should be grouped together in your garden crops in vegetable gardens should be separate from other plants because they will have their own specific watering patterns. Also think about plants growing in sunny spots and shade as these will also need different amounts of water. Now all you need to think about are the plants you may have in containers, which have to be watered separately from those growing in the garden.

For plants in flower pots and containers you need to have pressure compensating drip emitters for the system to be effective. There needs to be ¼ inch micro tubing attached to ½ inch solid tubing and ¼ inch soaker hose drip line, stream bubblers or sprayers in larger pots. With trees and shrubs you will need either type of drip emitters (pressure or non-pressure compensating) with ½ inch drip tubing or coming off ¼ inch micro tubing attached to ½ inch drip line. You can have soaker hose drip line to form circles around the plants.

Soaker Hose ?

A ¼ inch soaker hose drip line will adequately water your annuals and ground cover and is the ideal type of line for flower beds. For larger beds you could use micro sprayers and jets while using drip irrigation.

You will need to find out how much water goes through your water source per minute for optimum use of the drip irrigation system, and this is a simple operation. All you have to do is ensure that no water is being used in the system and place a 5 gallon bucket under your tap. Turn the tap on and see how many seconds it takes to fill the bucket and from this calculate how many gallons per hour will flow through the system. It might help you to know that the maximum recommended flow rate for ½ inch drip ploy tubing is 240 gallons per hour.

Water Pressure of Drip Irrigation

You also need to discover what the water pressure is from your tap and to do this you will need a cheap water pressure gauge for drip irrigation, which you have to screw onto your hose bib. Turn it on and read the pounds per square inch reader on the gauge and do this for each water source you will be using. If your pressure of drip irrigation is more than 90 pounds per square inch you should hire a plumber to lower it so that the system runs efficiently without coming under stress from too much pressure.

Use Organic Products On Your Lawn



Do you want to make your yard more private? You should think about using bamboo plants. Bamboo plants will grow much quicker than any tree or shrubs and will provide you with the privacy you need. Besides, they are easy to maintain and will make your yard look more exotic.

Landscape according to how much time you can commit. While an elaborate landscape might look good on paper, remember that it requires constant upkeep. When designing your garden think about your available time, your physical condition, and your budget. Only take on the responsibilities of a garden that you can easily cope with.

organic plant
Start buying your materials in phases. Few people can afford to buy everything for their projects all at once. By dividing projects into multiple phases, you can pay for what you need as you go. This may save you money, help you keep track of your progress, and let you adjust plans prior to your next phase.

Consider stretching your landscaping plans over many phases. It is often forgotten, that you do not have to do everything at once. If you are on a budget, you can plan your complete plan around when you will have the money to pay for each section of the job. Do not feel that you have to do it all in one shot.

If your landscaping plans include flowers and other types of blooming plants, consider planting a variety of species that bloom in different parts of the season. With proper selections, you can ensure colorful blooms appear from early spring to late fall. This will provide color to your landscape throughout the growing season and make your land look vibrant and dynamic.

Common annuals and perennials will likely be cheaper for you to purchase at large home improvement stores than they would be if purchased at a greenhouse. These kinds of plants are going to be of the same quality and you do not need to spend a great deal of money on them. Inspect the plants closely before you purchase them no matter where you buy them from.

Always use odd numbers of plant groupings. It is more pleasing to the eye and more natural looking to see groups of 3, 5 or 7 plants than groups of 2, 4 or 6. Aim for plantings that are more triangle-shaped than square-shaped, and your landscaping will have more eye appeal.
Check outside of the Internet and large home improvement stores for your plants and materials. You may find botanical centers holding sales on plants. You may even want to ask around the neighborhood or check the classified ads to see if anyone has extra perennials that they are looking to get rid of.

If you are doing a landscaping project that requires equipment rental, consider asking your neighbors to share the costs. This is easy to do in a newly developed neighborhood, but if you ask around in any neighborhood you might inspire someone to undertake a project themselves. Sharing the expense can cut your costs a great deal.

You should know that prices fluctuate from one season to the other. You should compare prices for the materials you need and wait for the right moment to buy them. Buying in large quantities is also a good way to save money: do not be afraid to stock materials you know you will use later.
Make a list of the things you like and dislike about your current yard. Make sure you include all of your favorite things on your list as well as those you want to change so that you don’t make any changes that destroy things you already love about your yard.
Don’t forget to add color to your landscaping design. A few annual flowers can make a big difference in the appearance of your yard. They add something that is appealing to the eye, color. In addition, flowers will attract butterflies to your yard, which can be a lovely addition.

If your landscape includes a waterfall or pond, it is important you surround these areas with decorative stones and flowers that will not cover up the design of your structure. Make sure that any water items you have are complimented nicely so that it doesn’t take away from their natural appeal.

When planning a landscaping project for your house, try to encapsulate ideas that will bring a pleasant look to your yard no matter what time of the year it is. This is important because you do not want to spend all of your money on a yard that only looks good for a few months out of the year.

When planning a landscaping project for your house, consider breaking your entire project down into much smaller jobs. This is important if you are not able to afford the entire project at one time. Doing so will let you tackle your project bit by bit, and not have your yard look like a mess in the meantime.

Now that you know what landscaping is, it’s time to get outside and start working. The tips from this article will help you every step of the way, so all you have to do is put them to use, and your fauna will perk up, thanks to your successful landscaping.

New info about Organic: Real support for local organic farming


organic farming
Every Saturday, there’s an accessible, city-centre location where you can find fresh organic fruit and vegetables grown in County Dublin, signs proudly proclaiming that there’s not an import in sight.

Rather perversely, that location isn’t Dublin Food Co-op .

Instead, every Saturday at Newmarket, private traders clock up the food miles hauling already well-travelled fruit and veggies from their latest stopping off points in Wicklow and Kildare. With the honourable exception of the Sonairte stall, an educational non-profit producing on a very small scale, what’s on offer in the hall is primarily imported – whether or not it’s Ireland’s peak growing season.

I’ve outlined previously how DFC’s outsourcing of fresh fruit and vegetable provision to private for-profit traders is an idiocy which has nothing to do with the consumer co-operative model.

It also actively undermines the Co-op’s stated commitment “to deal in organically grown wholefoods and Irish-produced wholefoods if possible”. By dealing directly in fresh produce, the Co-op could meet this objective in a principled and ethical way that recognises seasonality (and educates members around it) rather than simply letting private traders pander to the supermarket-led expectations of some organic shoppers for ‘Permanent Global Summer Time’.

When the idea of supporting local organic farmers turns into the reality of supporting the organic import trade, something has gone badly askew. Many, many crops can be grown organically in Ireland and the Co-op must do all it can to support, encourage and help expand Irish organic production. ‘Buying Irish’ should not be muddled with the present arrangement of offering space to local and (not so local) stallholders who import the greater part of what they sell.

Imported fruit and vegetables do nothing to strengthen or promote the Irish organic sector. They do nothing to increase our food sovereignty. They do nothing to build the “locally integrated food economy” we aspire to in our objects as a co-operative.

The Co-op’s goal should be to pay local farmers a decent price for their local organic produce and offer it to members with the minimum possible mark-up. Instead of multiple stalls with their shallow illusion of choice and ‘community’, the Co-op should be proudly selling quality Irish fruit and vegetables directly to members, displayed all in one place and at a price that would rubbish the jibe of organic being a middle-class preserve.

About Organic Food


Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Makanan Organik

Tomat organic

What is organic food, anyway? 

Though organic food can be produced with certain synthetic ingredients, it must adhere to specific standards regulated by the United States Department of Agriculture (USDA). Crops are generally grown without synthetic pesticides, artificial fertilizers, irradiation (a form of radiation used to kill bacteria), or biotechnology. Animals on organic farms eat organically grown feed, aren't confined 100 percent of the time (as they sometimes are on conventional farms), and are raised without antibiotics or synthetic growth hormones.

Is organic food better for me? 

Ladang Organik
Organic foods may have higher nutritional value than conventional food, according to some research. The reason: In the absence of pesticides and fertilizers, plants boost their production of the phytochemicals (vitamins and antioxidants) that strengthen their resistance to bugs and weeds. Some studies have linked pesticides in our food to everything from headaches to cancer to birth defects — but many experts maintain that the levels in conventional food are safe for most healthy adults. Even low-level pesticide exposure, however, can be significantly more toxic for fetuses and children (due to their less-developed immune systems) and for pregnant women (it puts added strain on their already taxed organs), according to a report by the National Academy of Sciences.

Pesticide contamination isn't as much of a concern in meats and dairy products (animals may consume some pesticides, depending on their diet), but many scientists are concerned about the antibiotics being given to most farm animals: Many are the same antibiotics humans rely on, and overuse of these drugs has already enabled bacteria to develop resistance to them, rendering them less effective in fighting infection, says Chuck Benbrook, Ph.D., chief scientist at the Organic Center, a nonprofit research organization.

Is buying organic better for the environment? 

Hidroponik Organik
Organic farming reduces pollutants in groundwater and creates richer soil that aids plant growth while reducing erosion, according to the Organic Trade Association. It also decreases pesticides that can end up in your drinking glass; in some cities, pesticides in tap water have been measured at unsafe levels for weeks at a time, according to an analysis performed by the Environmental Working Group (EWG). (To find out about the safety of your tap water, visit the EWG website at ewg.org/tapwater/yourwater.) Plus, organic farming used 50 percent less energy than conventional farming methods in one 15-year study.

When is it worth the splurge? 

makanan dan minuman organik
If you can afford it, buy local and organic, recommends Fromartz. Farmers' markets carry reasonably priced locally grown organic and conventional food; to find one in your area, go to localharvest.org. If you can't always afford organic, do spend the extra money when it comes to what the EWG calls the "dirty dozen": peaches, strawberries, nectarines, apples, spinach, celery, pears, sweet bell peppers, cherries, potatoes, lettuce, and imported grapes. These fragile fruits and vegetables often require more pesticides to fight off bugs compared to hardier produce, such as asparagus and broccoli. Download a list of produce ranked by pesticide contamination at foodnews.org, an EWG website.

Green House For Your Plants

Green House Untuk Tanaman Anda

Green House Untuk Tanaman Anda

Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini. Green house biasanya hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan, Balai Penelitian dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan fresh market hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju seperti USA, Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan greenhouse di mancanegara sudah umum dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh tahun sebelum negara kita mengadopsi tekhnologi tersebut.

Rumah kaca/green house yang digunakan di Indonesia sebagian besar digunakan untuk penelitian percobaan budidaya, percobaan pemupukan, percobaan ketahanan tanaman terhadap hama maupun penyakit, percobaan kultur jaringan, percobaan persilangan atau pemuliaan, percobaan hidroponik dan percobaan penanaman tanaman diluar musim oleh para mahasiswa , para peneliti, para pengusaha dan praktisi disemua bidang pertanian.

Green House sebagai Sarana Penunjang Agribisnis Hortikultura sangat Mendukung Upaya Peningkatan Produksi dan Kontinyuitas Produk

Tomat ditanam di green house

Sebenarnya ide awal untuk pembuatan bangunan green house di Indonesia dilatarbelakangi oleh kegiatan penelitian yang dilakukan lembaga penelitian maupun dunia pendidikan. Kegiatan penelitian yang dimaksud disini adalah kegiatan mencari jawaban atau mencari solusi / jalan keluar atau pemecahan terhadap suatu kasus. Sebagai contoh, bila kita ingin mencari uji ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tertentu. Adanya green house yang mampu menciptakan iklim yang bisa membuat tanaman mampu berproduksi tanpa kenal musim ini ternyata juga mampu menghindarkan dari serangan hama dan penyakit yang tidak diujikan. Selain itu dengan adanya green house penyebaran hama dan penyakit yang diujicoba dapat dicegah . Hal ini berbeda dengan percobaan yang dilakukan di luar green house dimana dalam waktu yang sangat singkat hama dan penyakit dapat cepat menyebar luas karena terbawa angin maupun serangga.

Sejalan dengan bertambahnya waktu dan tingginya serapan tekhnologi pertanian, peranan green house bagi dunia pertanian kita semakin lama semakin dibutuhkan. Dengan semakin maraknya pembangunan perumahan maupun kawasan industri akhir-akhir ini membuat lahan pertanian makin berkurang. Padahal kebutuhan akan pangan di dalam negeri semakin lama semakin besar dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan pemikiran itulah penggunaan green house untuk kegiatan bisnis pertanian semakin diperlukan. Pemikiran pengembangan green house untuk agribisnis hortikultura yang didasari pada keinginan pemenuhan kebutuhan produk pertanian yang kontinyu tanpa kenal musim.

Biasanya bila suatu produk hortikultura terjadi panen raya maka harga dipasaran akan jatuh, sehingga para petani menderita kerugian, apalagi harga benih, pupuk, pestisida maupun tenaga kerja mulai naik. Pada saat paceklik dimana produk hortikultura langka atau tidak ada dipasaran sedangkan permintaan banyak maka akan mengakibatkan kenaikan harga 2 sampai 3 kali lipat. Maka dengan adanya green house ini kita dapat menanam suatu jenis / crop tanaman horticultura diluar musim yang ada, sehingga harga jual produk tersebut dapat dijaga sehingga keuntungan yang kita dapatkan menjadi optimal.

Kelebihan


Dari uraian diatas, timbullah suatu pertanyaan apa sebenarnya keunggulan dan keuntungan menggunakan green house ini ? Berdasarkan informasi dari Agricultural Western Australia 2000 mengungkapkan beberapa keunggulan dari penggunaan green house ini antara lain :

1. Tanaman dapat berproduksi secara kontinyu dan berkesinambungan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan pada green house kita dapat mengatur suhu, kelembaban, tekanan udara maupun pH sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan crop. Hal ini berkaitan dengan subsistem yang berkelanjutan dalam agribisnis yaitu pengolahan/agroindustri maupun pemasaran dimana dengan produksi yang kontinyu maka pasokan ke pasar maupun industri selanjutnya pun bisa terpenuhi juga.

2. Penggunaan air, pupuk maupu pestisida lebih efisien, baik dalam dosis penggunaan, waktu maupun tempat. Karena kita menggunakan polybag yang tentu sangat efektif dalam penggunaan pupuk, air dan pestisida.

3. Resiko tanaman terserang penyakit menjadi lebih kecil karena lingkungan dalam green house sendiri secara langsung maupun tidak telah terlindung dari lingkungan luar.

Meskipun investasi/biaya yang harus dikeluarkan untuk mendirikan green house memang cukup besar, tetapi untuk jangka panjang maka green house sangat menguntungkan sebab kita mampu memproduksi tanaman import didalam negeri atau kita mampu memproduksi tanaman sayuran, buah, bunga dan hias diluar musim sehingga kita mampu menenuhi kebutuhan sayuran dan buah-buahan segar kepada supermarket secara rutin dan kontinyu. Implikasinya dalam jangka panjang kita akan mendapatkan keuntungan berlipat ganda.

Persyaratan


Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi bila kita bermaksud mendirikan green house. Hal ini sangat erat kaintannya dengan investasi, pertimbangan pemasaran, pengadaan sarana produksi, infrastruktur serta industri pengolahan dan pemasarannya.


Sehingga pembuatan green house ini tidak bisa dilakukan sembarangan tanpa pertimbangan. Adapun beberapa lokasi ideal yang dapat dijadikan tempat green house harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya : (1) intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi pada musim hujan, (2) suhu yang cukup dan mendukung, dalam arti tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin, (3) dekat dengan pusat keramaian/pasar, (4) dekat sumber air yang baik dan cukup sepanjang tahun, (5) dekat dengan instalasi listrik, (6) tempatnya harus datar tidak boleh mempunyai kemiringan (7) tanah yang digunakan merupakan tanah yang tidak bergerak dan terakhir (8) dekat dengan sarana penunjang seperti kantor, laboratorium, jalan besar (mudah dijangkau kendaraan) untuk mempermudah pengawasan dan penggunaannya.

Selain itu ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan diantaranya : batasan kekuatan muatan, penetrasi cahaya dalam green house dan biaya. Meskipun di Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau namun perlu diperhatikan pula kekuatan atap dan bangunannya. Baik atap maupun bangunan harus kokoh dan kuat dari terpaan angin maupun hujan deras. Kemiringan atap pun minimal harus 28o.

Tanpa mengesampingkan aspek kekokohannya, struktur konstruksi bangunan green house haruslah bisa menjaga agar penetrasi (cahaya yang masuk) tetap maksimal. Agar penetrasi cahaya sesuai dengan kebutuhan tanaman, sebaiknya atap penutup haruslah terbuat dari bahan yang sangat transparan. Selain itu pilar-pilar penyokong sebaiknya dicat dengan warna yang dapat memantulkan cahaya.

Bahan Penutup Green House


Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar tanaman yang dibudidayakan pada green house membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang sekitar 400 – 700 nanometer (Photosynthetically Active Radiation). Hampir semua bahan penutup green house mampu menampung cahaya tersebut sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan tanaman. Bahan yang terbuat dari Polyethylene dan fiberglass cenderung membuat cahaya menjadi tersebar, sementara bahan yang terbuat dari acrylic dan polycarbonate lebih cenderung meneruskan cahaya yang masuk secara langsung. Cahaya yang sifatnya menyebar tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi tanaman, dimana dia bisa mengurangi kelebihan cahaya pada daun-daun tanaman bagian atas dan memantulkannya pada daun-daun yang ada di bagian bawah sehingga penyebaran cahaya menjadi lebih merata.


Sebenarnya bentuk-bentuk green house tersebut bermacam-macam mulai dari bentuk sederhana dengan bahan yang paling murah sampai bentuk komplek yang dibentuk dari bahan penutup yang mahal. Adapun bahan penutup atap dapat menggunakan kaca maupun plastik. Bahan yang terbuat dari plastik juga tidak kalah dengan kaca dimana mempunyai kelebihan antara lain : tahan pecah, bentuknya bisa disesuaikan dengan bermacam design, dan sangat mudah digunakan. Beberapa tipe plastik yang biasa digunakan sebagai penutup green house antara lain :

1. Acrylic


Acrylic sangat tahan terhadap perubahan cuaca , tahan pecah serta sangat transparan. Penyerapan sinar ultra violet yang berasal dari matahari lebih tinggi dibandingkan dengan bahan yang terbuat dari kaca. Penggunaan acrylic sebanyak dua lapis mampu menghantarkan sekitar 83 % cahaya dan mengurangi kehilangan panas sekitar 20-40% dibandingkan penggunaan 1 lapis. Bahan ini tidak akan menguning walaupun digunakan dalam waktu yang lama. Namun kekurangan dari bahan acrylic adalah : mudah terbakar,sangat mahal, dan sangat mudah tergores/tidak tahan gores.

2. Polycarbonate


Polycarbonate memiliki ciri-ciri : lebih tahan, lebih fleksibel, lebih tipis, serta lebih murah dibandingkan acrylic. Penggunaan dua lapis polycarbonate mampu menghantarkan cahaya sekitar 75-80 % dan mengurangi kehilangan panas sekitar 40% dibandingkan satu lapis. Namun bahan ini sangat mudah tergores, mudah memuai, gampang menguning, dan akan membuat lapisan kurang transparan dalam waktu satu tahun (meskipun kini hadir jenis baru yang tidak cepat menguning).

3. Fiberglass Reinforced Polyester


Bahan ini memiliki sifat-sifat : lebih tahan lama, penampilannya menarik, harganya terjangkau dibandingkan kaca, serta FRP ini lebih tahan pengaruh perubahan cuaca. Bahan plastik ini mudah sekali dibentuk menjadi bentuk bergelombang maupun berupa lempengan. Meskipun demikian kekurangannya adalah bahan ini mudah memuai.

4. Polyethylene film


Bahan ini sangat murah dibandingkan dengan bahan lainnya namun sifatnya hanya sementara (kurang tahan lama), bentuknya kurang menarik, serta membutuhkan penanganan maupun perawatan yang lebih intensif . Selain itu, bahan ini juga mudah sekali rusak oleh sengatan cahaya matahari, walaupun mampu bertahan minimal 1 – 2 tahun dengan perawatan lebih intensif. Dikarenakan bahan ini berupa lembaran lebar sehingga tidak membutuhkan kerangka yang lebih banyak dan bisa menghantarkan cahaya paling besar.

5. Polyvinyl cholride film


Bahan ini mempunyai sifat penghantar emisi yang sangat besar untuk cahaya dengan panjang gelombang yang besar, dimana bahan ini mampu menciptakan temperatur udara yang cukup tinggi pada malam hari dan bisa berfungsi sebagai penghalang sinar ultra violet. Bahan ini lebih mahal dibandingkan polyethylene film dan cenderung mudah kotor, yang mana harus terus dilakukan pembersihan agar didapatkan penghantaran cahaya yang lebih baik.

Cara pembuatan green house ini tidak jauh berbeda dengan membuat bangunan gudang atau kantor. Pertama-tama kita perlu membuat pondasi bangunan yang dalam, semakin besar ukuran green house maka semakin dalam pondasi yang kita buat. Besi yang dibuat untuk kerangka green house tersebut harus anti karat dan terbuat dari bahan pipa yang tebal. Pipa yang satu dengan pipa yang lain harus disambung secara kuat dan berulang-ulang.

Untuk model atap ada yang berbentuk melengkung dan ada yang berbentuk lancip. Tinggi dinding yang baik mencapai 6 sampai 9 meter, tergantung crop yang akan diproduksi atau tergantung pada tujuannya. Bahan dinding beserta atapnya dapat dari kaca maupun plastik yang tebal yang tidak mudah sobek dan cara pemasanganya dimulai dari atapnya dulu, kalau sudah selesai baru dinding. Pintu dari green house harus dibuat serapat mungkin sehingga tidak memberikan kesempatan bagi udara luar untuk masuk kedalam green house. Setelah dinding dan atap terpasang kaca atau plastik, kita dapat memasang sistem irigasi dengan menggunakan pipa secara sistematis yang dapat kita kendalikan, serta diberi bak pengontrol untuk mengontrol masuk dan keluarnya air dari dalam dan keluar dari green house. Untuk bagian dalam green house ada 2 jenis, yaitu diplester dengan semen, ini hanya untuk green house yang penanamannya menggunakan media pot atau plastik polybag atau percobaan hydroponik tetapi ada juga yang dalamnya berupa tanah seperti yang ada dilahan persawahan, hal ini bertujuan untuk budidaya sayuran, buah-buahan dan bunga yang akan dibuat petakan atau bedengan. Bahkan bedengan ini ada juga yang diberi mulsa sama seperti tehnik budidaya tanaman pada umumnya. Tetapi dengan green house pengawasan terhadap tanaman baik temperature, kelembaban, kebutuhan air, kebutuhan hara bahkan pengendalian hama dan penyakitnya dapat dikontrol dengan sebaik-baiknya.

Untuk jangka panjang pembudidayaan tanaman dengan green house sangat menguntungkan khususnya untuk bisnis fresh market hortikultura karena kita mampu berproduksi sepanjang masa tidak tergantung pada cuaca atau musim bahkan kualitas produk yang dihasilkan dapat terjamin atau lebih baik dari tehnik budidaya dialam bebas.