Green House Untuk Tanaman Anda
Rumah kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah
bangunan yang terdiri atau terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat
tebal dan menutup diseluruh pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya.
Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan pengatur temperature dan kelembaban
udara serta distribusi air maupun pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang
sangat langka dan mahal, karena tidak semua tempat yang kita jumpai dapat
ditemukan bangunan semacam ini. Green house biasanya hanya dimiliki oleh
Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan, Balai Penelitian dan perusahaan yang
bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan fresh market hortikultura. Namun
di negara-negara pertanian yang sudah maju seperti USA, Australia, Jepang dan
negara-negara Eropa sebagian besar tanaman hortikulturanya ditanam di rumah
kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan greenhouse di mancanegara sudah umum
dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh tahun sebelum negara kita mengadopsi
tekhnologi tersebut.
Rumah kaca/green house yang digunakan di Indonesia sebagian
besar digunakan untuk penelitian percobaan budidaya, percobaan pemupukan,
percobaan ketahanan tanaman terhadap hama maupun penyakit, percobaan kultur
jaringan, percobaan persilangan atau pemuliaan, percobaan hidroponik dan
percobaan penanaman tanaman diluar musim oleh para mahasiswa , para peneliti,
para pengusaha dan praktisi disemua bidang pertanian.
Green House sebagai Sarana Penunjang Agribisnis Hortikultura
sangat Mendukung Upaya Peningkatan Produksi dan Kontinyuitas Produk
Sebenarnya ide awal untuk pembuatan bangunan green house di
Indonesia dilatarbelakangi oleh kegiatan penelitian yang dilakukan lembaga
penelitian maupun dunia pendidikan. Kegiatan penelitian yang dimaksud disini
adalah kegiatan mencari jawaban atau mencari solusi / jalan keluar atau
pemecahan terhadap suatu kasus. Sebagai contoh, bila kita ingin mencari uji
ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tertentu. Adanya green
house yang mampu menciptakan iklim yang bisa membuat tanaman mampu berproduksi
tanpa kenal musim ini ternyata juga mampu menghindarkan dari serangan hama dan
penyakit yang tidak diujikan. Selain itu dengan adanya green house penyebaran
hama dan penyakit yang diujicoba dapat dicegah . Hal ini berbeda dengan
percobaan yang dilakukan di luar green house dimana dalam waktu yang sangat
singkat hama dan penyakit dapat cepat menyebar luas karena terbawa angin maupun
serangga.
Sejalan dengan bertambahnya waktu dan tingginya serapan
tekhnologi pertanian, peranan green house bagi dunia pertanian kita semakin
lama semakin dibutuhkan. Dengan semakin maraknya pembangunan perumahan maupun
kawasan industri akhir-akhir ini membuat lahan pertanian makin berkurang.
Padahal kebutuhan akan pangan di dalam negeri semakin lama semakin besar dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan pemikiran itulah
penggunaan green house untuk kegiatan bisnis pertanian semakin diperlukan.
Pemikiran pengembangan green house untuk agribisnis hortikultura yang didasari
pada keinginan pemenuhan kebutuhan produk pertanian yang kontinyu tanpa kenal
musim.
Biasanya bila suatu produk hortikultura terjadi panen raya
maka harga dipasaran akan jatuh, sehingga para petani menderita kerugian,
apalagi harga benih, pupuk, pestisida maupun tenaga kerja mulai naik. Pada saat
paceklik dimana produk hortikultura langka atau tidak ada dipasaran sedangkan
permintaan banyak maka akan mengakibatkan kenaikan harga 2 sampai 3 kali lipat.
Maka dengan adanya green house ini kita dapat menanam suatu jenis / crop
tanaman horticultura diluar musim yang ada, sehingga harga jual produk tersebut
dapat dijaga sehingga keuntungan yang kita dapatkan menjadi optimal.
Kelebihan
Dari uraian diatas, timbullah suatu pertanyaan apa
sebenarnya keunggulan dan keuntungan menggunakan green house ini ? Berdasarkan
informasi dari Agricultural Western Australia 2000 mengungkapkan beberapa
keunggulan dari penggunaan green house ini antara lain :
1. Tanaman dapat berproduksi secara kontinyu dan
berkesinambungan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan pada green house kita
dapat mengatur suhu, kelembaban, tekanan udara maupun pH sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan crop. Hal ini berkaitan dengan subsistem yang berkelanjutan
dalam agribisnis yaitu pengolahan/agroindustri maupun pemasaran dimana dengan
produksi yang kontinyu maka pasokan ke pasar maupun industri selanjutnya pun
bisa terpenuhi juga.
2. Penggunaan air, pupuk maupu pestisida lebih efisien, baik
dalam dosis penggunaan, waktu maupun tempat. Karena kita menggunakan polybag
yang tentu sangat efektif dalam penggunaan pupuk, air dan pestisida.
3. Resiko tanaman terserang penyakit menjadi lebih kecil
karena lingkungan dalam green house sendiri secara langsung maupun tidak telah
terlindung dari lingkungan luar.
Meskipun investasi/biaya yang harus dikeluarkan untuk
mendirikan green house memang cukup besar, tetapi untuk jangka panjang maka
green house sangat menguntungkan sebab kita mampu memproduksi tanaman import
didalam negeri atau kita mampu memproduksi tanaman sayuran, buah, bunga dan
hias diluar musim sehingga kita mampu menenuhi kebutuhan sayuran dan
buah-buahan segar kepada supermarket secara rutin dan kontinyu. Implikasinya
dalam jangka panjang kita akan mendapatkan keuntungan berlipat ganda.
Persyaratan
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi bila kita
bermaksud mendirikan green house. Hal ini sangat erat kaintannya dengan investasi,
pertimbangan pemasaran, pengadaan sarana produksi, infrastruktur serta industri
pengolahan dan pemasarannya.
Sehingga pembuatan green house ini tidak bisa dilakukan
sembarangan tanpa pertimbangan. Adapun beberapa lokasi ideal yang dapat
dijadikan tempat green house harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya : (1)
intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi pada musim hujan, (2) suhu yang
cukup dan mendukung, dalam arti tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin,
(3) dekat dengan pusat keramaian/pasar, (4) dekat sumber air yang baik dan
cukup sepanjang tahun, (5) dekat dengan instalasi listrik, (6) tempatnya harus
datar tidak boleh mempunyai kemiringan (7) tanah yang digunakan merupakan tanah
yang tidak bergerak dan terakhir (8) dekat dengan sarana penunjang seperti
kantor, laboratorium, jalan besar (mudah dijangkau kendaraan) untuk mempermudah
pengawasan dan penggunaannya.
Selain itu ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan
diantaranya : batasan kekuatan muatan, penetrasi cahaya dalam green house dan
biaya. Meskipun di Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau namun perlu diperhatikan pula kekuatan atap dan bangunannya. Baik
atap maupun bangunan harus kokoh dan kuat dari terpaan angin maupun hujan
deras. Kemiringan atap pun minimal harus 28o.
Tanpa mengesampingkan aspek kekokohannya, struktur
konstruksi bangunan green house haruslah bisa menjaga agar penetrasi (cahaya
yang masuk) tetap maksimal. Agar penetrasi cahaya sesuai dengan kebutuhan
tanaman, sebaiknya atap penutup haruslah terbuat dari bahan yang sangat
transparan. Selain itu pilar-pilar penyokong sebaiknya dicat dengan warna yang
dapat memantulkan cahaya.
Bahan Penutup Green House
Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar tanaman yang
dibudidayakan pada green house membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang
sekitar 400 – 700 nanometer (Photosynthetically Active Radiation). Hampir semua
bahan penutup green house mampu menampung cahaya tersebut sesuai dengan panjang
gelombang yang diinginkan tanaman. Bahan yang terbuat dari Polyethylene dan
fiberglass cenderung membuat cahaya menjadi tersebar, sementara bahan yang
terbuat dari acrylic dan polycarbonate lebih cenderung meneruskan cahaya yang
masuk secara langsung. Cahaya yang sifatnya menyebar tersebut memberikan
keuntungan tersendiri bagi tanaman, dimana dia bisa mengurangi kelebihan cahaya
pada daun-daun tanaman bagian atas dan memantulkannya pada daun-daun yang ada
di bagian bawah sehingga penyebaran cahaya menjadi lebih merata.
Sebenarnya bentuk-bentuk green house tersebut bermacam-macam
mulai dari bentuk sederhana dengan bahan yang paling murah sampai bentuk
komplek yang dibentuk dari bahan penutup yang mahal. Adapun bahan penutup atap
dapat menggunakan kaca maupun plastik. Bahan yang terbuat dari plastik juga
tidak kalah dengan kaca dimana mempunyai kelebihan antara lain : tahan pecah,
bentuknya bisa disesuaikan dengan bermacam design, dan sangat mudah digunakan.
Beberapa tipe plastik yang biasa digunakan sebagai penutup green house antara
lain :
1. Acrylic
Acrylic sangat tahan terhadap perubahan cuaca , tahan pecah
serta sangat transparan. Penyerapan sinar ultra violet yang berasal dari
matahari lebih tinggi dibandingkan dengan bahan yang terbuat dari kaca.
Penggunaan acrylic sebanyak dua lapis mampu menghantarkan sekitar 83 % cahaya
dan mengurangi kehilangan panas sekitar 20-40% dibandingkan penggunaan 1 lapis.
Bahan ini tidak akan menguning walaupun digunakan dalam waktu yang lama. Namun
kekurangan dari bahan acrylic adalah : mudah terbakar,sangat mahal, dan sangat
mudah tergores/tidak tahan gores.
2. Polycarbonate
Polycarbonate memiliki ciri-ciri : lebih tahan, lebih
fleksibel, lebih tipis, serta lebih murah dibandingkan acrylic. Penggunaan dua
lapis polycarbonate mampu menghantarkan cahaya sekitar 75-80 % dan mengurangi
kehilangan panas sekitar 40% dibandingkan satu lapis. Namun bahan ini sangat
mudah tergores, mudah memuai, gampang menguning, dan akan membuat lapisan
kurang transparan dalam waktu satu tahun (meskipun kini hadir jenis baru yang
tidak cepat menguning).
3. Fiberglass Reinforced Polyester
Bahan ini memiliki sifat-sifat : lebih tahan lama,
penampilannya menarik, harganya terjangkau dibandingkan kaca, serta FRP ini
lebih tahan pengaruh perubahan cuaca. Bahan plastik ini mudah sekali dibentuk
menjadi bentuk bergelombang maupun berupa lempengan. Meskipun demikian
kekurangannya adalah bahan ini mudah memuai.
4. Polyethylene film
Bahan ini sangat murah dibandingkan dengan bahan lainnya
namun sifatnya hanya sementara (kurang tahan lama), bentuknya kurang menarik,
serta membutuhkan penanganan maupun perawatan yang lebih intensif . Selain itu,
bahan ini juga mudah sekali rusak oleh sengatan cahaya matahari, walaupun mampu
bertahan minimal 1 – 2 tahun dengan perawatan lebih intensif. Dikarenakan bahan
ini berupa lembaran lebar sehingga tidak membutuhkan kerangka yang lebih banyak
dan bisa menghantarkan cahaya paling besar.
5. Polyvinyl cholride film
Bahan ini mempunyai sifat penghantar emisi yang sangat besar
untuk cahaya dengan panjang gelombang yang besar, dimana bahan ini mampu
menciptakan temperatur udara yang cukup tinggi pada malam hari dan bisa
berfungsi sebagai penghalang sinar ultra violet. Bahan ini lebih mahal
dibandingkan polyethylene film dan cenderung mudah kotor, yang mana harus terus
dilakukan pembersihan agar didapatkan penghantaran cahaya yang lebih baik.
Cara pembuatan green house ini tidak jauh berbeda dengan
membuat bangunan gudang atau kantor. Pertama-tama kita perlu membuat pondasi
bangunan yang dalam, semakin besar ukuran green house maka semakin dalam
pondasi yang kita buat. Besi yang dibuat untuk kerangka green house tersebut
harus anti karat dan terbuat dari bahan pipa yang tebal. Pipa yang satu dengan
pipa yang lain harus disambung secara kuat dan berulang-ulang.
Untuk model atap ada yang berbentuk melengkung dan ada yang
berbentuk lancip. Tinggi dinding yang baik mencapai 6 sampai 9 meter,
tergantung crop yang akan diproduksi atau tergantung pada tujuannya. Bahan
dinding beserta atapnya dapat dari kaca maupun plastik yang tebal yang tidak
mudah sobek dan cara pemasanganya dimulai dari atapnya dulu, kalau sudah
selesai baru dinding. Pintu dari green house harus dibuat serapat mungkin
sehingga tidak memberikan kesempatan bagi udara luar untuk masuk kedalam green
house. Setelah dinding dan atap terpasang kaca atau plastik, kita dapat
memasang sistem irigasi dengan menggunakan pipa secara sistematis yang dapat
kita kendalikan, serta diberi bak pengontrol untuk mengontrol masuk dan
keluarnya air dari dalam dan keluar dari green house. Untuk bagian dalam green
house ada 2 jenis, yaitu diplester dengan semen, ini hanya untuk green house
yang penanamannya menggunakan media pot atau plastik polybag atau percobaan
hydroponik tetapi ada juga yang dalamnya berupa tanah seperti yang ada dilahan
persawahan, hal ini bertujuan untuk budidaya sayuran, buah-buahan dan bunga
yang akan dibuat petakan atau bedengan. Bahkan bedengan ini ada juga yang
diberi mulsa sama seperti tehnik budidaya tanaman pada umumnya. Tetapi dengan
green house pengawasan terhadap tanaman baik temperature, kelembaban, kebutuhan
air, kebutuhan hara bahkan pengendalian hama dan penyakitnya dapat dikontrol
dengan sebaik-baiknya.
Untuk jangka panjang pembudidayaan tanaman dengan green
house sangat menguntungkan khususnya untuk bisnis fresh market hortikultura
karena kita mampu berproduksi sepanjang masa tidak tergantung pada cuaca atau
musim bahkan kualitas produk yang dihasilkan dapat terjamin atau lebih baik
dari tehnik budidaya dialam bebas.